A. Tinjauan Teoritis Tuberculosis Paru
1.
Pengertian
Alsagaff (1995 : 73)
Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis Paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah.
Smeltzer (2000 : 436) menyatakan, Tuberculosis Paru ialah penyakit infeksi terutama menyerang parenkim paru. Juga dapat pula menyerang bagian dari tubuh seperti selaput otak, ginjal, tulang dan kelenjar limfe. Agen infeksi utama ialah mycobacterium tuberculosis yang merupakan basil tahan asam, yang berkembang secara perlahan dan sensitive terhadap panas dan ultraviolet.
Lewis (2000 : 623)
menyebutkan, tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru, tetapi dapat pula
menyerang ginjal, tulang, kelenjar adrenal, kelenjar limfe dan selapu otak dan
dapat pula menyebar pada seluruh tubuh.
Kumar (1997 : 161)
Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular granulomatosa kronik yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai semua organ atau jaringan dalam tubuh secara khas, pusat
dari granuloma mengalami nekrosis kaseosa yang menimbulkan “tuberkel lunak”
Dengan demikian
tuberculosis dalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan yang paling sering menyerang saluran pernafasan bagian bawah
khususnya parenkim paru, tetapi mungkin juga menyebar keorgan lain seperti
selaput otak, ginjal, tulang, dan kelenjar limfe.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society Bahar (1999 : 717)
memberikan klasifikasi baru tuberculosis yang diambil dari kliasifikasi
kesehatan masyarakat :
a.
Kategori O : tidak
pernah terpapar dan tidak pernah terinfeksi Riwayat
kontak
negatif, tes tuberculin negatif.
b.
Kategori 1 : terpapar
tuberculosis tapi tidak terbukti ada infeksi
Riwayat
kontak positif, tes tuberculin negatif.
c.
Kategori 2 : terinfeksi
tuberculosis tapi tidak sakit, tes tuberculin
positif,
radiology dan sputum negatif.
d.
Kategori 3 : teinfeksi
tubekulosis dan sakit.
2.
Etiologi
Menurut Lewis (2000 :
623) tuberculosis meupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, bersifat garm positif, berbentuk basil tahan asam.
Menurut Sjamsuhidajat dan jong (1997 :20) ada 2 macam type
mycobacterium yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu :
a.
Basil type bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis, dan bila diminum dapat
menyebabkan tuberculosis usus.
b.
Basil type human bisa berada
dalam droplet (percikan ludah) yang menyebar melalui udara, yang berasal dari
penderita tuberculosis terbuka.
3.
Tanda dan Gejala
Menurut Bahar (1999 : 718) keluhan yang dirasakan penderita
tuberculosis paru dapat bermacam-macam atau tanpa keluhan sama sekali, keluhan
terbanyak adalah :
a.
Demam.
Kadang-kadang panas
badan mencapai 40 –41°C. Serangan demam bersifat hilang timbul.
b.
Batuk.
Terjadi karena iritasi
bronkus, sifat batuk dimulai dengan batuk kering kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(Hemaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c.
Sesak Nafas.
Akan ditemukan pada
penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian
paru-paru.
d.
Nyeri Dada.
Timbul bila infeksi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
e.
Malaise
Gejala malaise sering
ditemukan berupa :anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri
otot, keringat pada malam hari.
Menurut
Alsagaff (1995 : 85) gejala klinis tuberculosis tidak ada yang khas, gejala
klinik sangat bervariasai dari satu penyakit yang tidak menunjukkan gejala dengan
suatu bentuk penyakit dengan gejala yang sangat mencolok. Gejala-gejala klinis dari tuberculosis adalah
:
a.
Batuk
Gejala batuk adalh
timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
b.
Dahak
Aklibat adanya peradangan bronkus sehingga menghasilkan sekret
. sekret biasanya awalnya bersifat
mukoid dan keluar berwarna
mukopurulen / kuning atau kuning hijau.
c.
Batuk Darah.
Batuk darah merupakan
tanda telah terjadinya pemecahan pembuluh darah pada dinding kavitas.
d.
Nyeri Dada.
Nyeri Dada timbul bila
infeksi radang sudah sampai ke rongga pleura sehingga menimbulkan pleuritis
e.
Dispneu
Proses lanjut dari
tuberculosis paru akibat adanya obstruksi saluran pernafasan.
Disamping
gejala-gejala kinis alsagaff (1955 :87) menyebutkan ada gejala-gejala umum yang
ditimbulkan oleh tuberculosis paru yaitu :
a.
Panas Badan Meningkat (demam).
Merupakan gejala
paling sering dijimpai dan paling penting, karena mengidentifiokasi adanya
infeksi.
b.
Menggigil.
Dapat terjadi panas
badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas dengan
kecepatan yang sama.
c.
Keringat Malam.
Umumnya baru timbul
bila proses lebih lanjut.
d.
Gangguan proses menstruasi pada
wanita.
Ini juga umumnya
terjadi pada proses tuberculosis paru yang sudah lanjut.
e.
Anoreksia.
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi
yang timbul belakangan dan lebih sering
dikeluhkan bila proses progresif.
f.
Lemah Badan.
Gejala ini dapat
disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur, dan keadaan sehari-hari yang
kurang menyenangkan.
4.
Pemeriksaan Penunjang.
Menurut Doengoes (1999 : 242), meliputi :
a.
kultur sputum : positif untuk
mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir penyakit.
b.
Tes kulit (PPD, Mantoux test)
:reaksi positif (area induksi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 – 72 jam
setelah infeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibody tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
c.
Fotothoraks : dapat menunjukkan
infiltrasi lesi awal pada areea paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer,
atau effusi cairan perubahan menunjukkan lebih luas tuberculosis dapat termasuk
rongga, area fibrosa dan bercak-bercak kavitas dan tuberkel.
d.
Elektrolit :dapat tidak normal
tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia, disebabkan
oleh tidak normalnya retensi air dapat ditemukan pada tuberculosis paru kronis
luas.
e.
AGD (Analisa Gas Darah) pada
arteri untuk mengetahui apakah ada kerusakan
/ ketidakseimbangan proses perfusi dan difusi gas-gas yang ada di paru
dan organ-organ yang lainnya.
5.
Penatalaksanaan medis.
Menurut Alsagaff (1955 : 98) untuk penatalaksanaan tuberculosis paru
perlu diketahui beberapa hal sebagai berikut :
Mekanisme kerja obat anti-tuberculosis (OAT)
a.
Aktivetas Bakterial
1)
Ekstraseluler
Jenis obat yang bekerja ekstraseluler ialah Ripamfisin (RMP) dan
Streptomisin (SM)
2)
Intraseluler
Jenis obat yang bekerja intraseluler ialah Ripamfisin (RMP) dan
Isoniazid (INH)
b.
Aktivitas sterilisasi
Terhadap the persisters (basil semi dormant) membunuh kuman yang
metabolisme pertumbuhannya lambat (kurang aktif / kuman yang tertidur)
1)
Ekstraseluler.
Jenis obat yang
dipergunakan ialah Rifampiusin (RMP) san Isoniacid
2)
Intraseluler.
Untuk slowly growing bacill dipergunakan Rifampicin dan Isoniacid
Untuk very growing bacill dipergunakan
Pirazinamid (PRZ)
c.
Aktivitas bakteriostatis
Obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap basil
tahan asam, untuk :
1)
Ekstraseluler
Ialah Etambutol (EMB),
Paraaminosalisiklik acid (PAS) san Sikloserin atau Tiasetazon.
2)
Intraseluler.
Kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh INH dalam keadaan telah
terjadi resistensi sekunder.
B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Tuberculosis Paru
- Pengkajian
Menurut Doengoes (2000 : 240), meliputi :
a.
Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada
malam hari
Tanda ; takikardi,
takipneu pada kerja, kelelahan otot
b.
Integritas Ego
Gejala : adanya factor stress yang lama, masalh
keuangan, rumah, perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan populasi budaya
atau etnik
c.
Makanan / nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna,
penurunan berat badan.
Tanda : berat badan
dibawah jumlah berat badan ideal, kurus, pucat, anemia.
d.
Cairan
Gejala : apatis, kelemahan, lemas, selalu merasa haus,
shok.
Tanda : turgor kulit jelek, takikardi, membran mukosa
kering kelopak mata cekung
e.
Nyeri / rasa ketidaknyaman
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk
berulang,pleuritis.
Tanda : prilaku distraksi, gelisah, takikardi,
meringis, berhati-hati pada area sakit.
f.
Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas
pendek, riwayat tuberculosis pada individu yang terinfeksi, sesak nafas, nyeri
pada saat bernafas.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan
pernafasan tidak simetris, perkusi pokok dan penurunan fremitus, bunyi nafas
menurun / tidak ada secara bilateral dan unilateral, bunyi nafas tubulen atau
bisikan pectoral di atas lesi luas, krekelstercatat diatas apeks paru selama
inspirasi cepat setelah batuk pendek, karakteristik sputum hijau / purulen,
mukoid kuning, atau ada bercak darah
g.
Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS
Tanda : demam rendah atau sakit panas akut
h.
Interaksi Sosial
Gejala : perasaan
isolasi / penolakan karena penyakit menular
Tanda : denial
i.
Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala :
riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk, gagal untuk
membaik / kambuh TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
Pertimbangan rencana
pemulangan : memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan bantuan
diri dan pemeliharaan / perawatan rumah.
- Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes (2000 : 242) diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien tuberculosis paru adalah sebagai berikut :
a.
Infeksi, resiko tinggi,
(penyebaran / aktivitas ulang) berhubungan dengan pertahanan primer tak
adekuat, penurunan kerja silia / stasis sekret, kerusakan jaringan / tambahan
infeksi, penurunan pertahanan / penekanan proses inflamasi, malnutrisi,
terpajan lingkungan, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
b.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk
buruk, edema trakea / faringeal.
c.
Pertukaran gas, kerusakan,
resiko tinggi, terhadap berhubungan dengan penurunan permukaan efektif baru,
atelektasis, kerusakan membran alveoli-kapiler, sekret kental, edema bronchial.
d.
Nutrisi, perubahan, kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, sering batuk / protulasi sputum,
dispneu, anoreksia, ketidakcukupan sumber keuangan
e.
Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi,aturan tindakan, dan pencegahanberhubungan dengan
kurang terpajan pada / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif, tak
akurat, tak lengkap informasi yang ada.
- Perencanaan
Menurut Doengoes (2000 : 243) tindakan keperawatan pada pasien tuberculosis
paru meliputi :
a.
Daignosa keperawatan I
Mandiri
1)
Kaji patologi penyakit (aktif /
fase tak aktif, desiminasi infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan
atau melalui aliran darah / system lymfatuk) dan potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, tertawa, menyanyi
2)
Identifikasi orang lain yang
beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib atau teman.
3)
Anjurkan pasien untuk batuk /
bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik
mencuci tangan yang tepat.
4)
Awasi suhu sesuai indikasi.
5)
Tekankan tentang pentingnya
tidak menghentikan terapi obat.
6)
Kaji pentingnya mengikuti dan
kultur ulang secara periodic terhadap sputum untuk lamanya terapi.
7)
Dorong memilih / mencerna
makanan seimbang. Berikan makanan sering-sering kecil makanan kecil pada jumlah
makanan besar yang tepat.
Kolaborasi :
1)
Berikan agen anti infeksi
sesuai indikasi, contoh : obat utama : Isoniazid, etambutol, Rifampisin.
2)
Awasi pemeriksaan laboratorium
b.
Diagnosa Keperawatan II
Mandiri :
1)
Kaji fungsi pernafasan, contoh
: bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
2)
Catat untuk mengeluarkan mukosa
/ batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3)
Berikan pasien posisi semi
fowler atau fowler tinggi, Bantu pasien tntuk batuk dan latihan nafas dalam.
4)
Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea : penghisapan sesuai keperluan.
5)
Pertahankan masukan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
Kolaborasi :
1)
Berikan obat obatan sesuai
indikasi : agen mukolitik dan bronkodilator dan kortikosteroid.
c.
Diagnosa Keperawatan III
Mandiri :
1)
Kaji dispneu, takipneu, tidak
normal / menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya
ekspansi dinding dada dan kelemahan.
2)
Evaluasi perubahan pada tingkat
kesadaran, catat sianosis, atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran
mukosa dan kuku.
3)
Tingkatkan tirah baring /
batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Kolaborasi :
1)
Awasi gas darah arteri.
2)
Berikan oksigen tambahan yang
sesuai.
d.
Diaognosa Keperawatan IV
Mandiri :
1)
Catat status nutrisi pada
penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya mukosa
tonus otot, riwayat mual / muntah atau diare.
2)
Pastikan pola diet biasa
pasien, yang disukai / tidak disukai.
3)
Awasi masukan / keluaran dan
berat badan secara periodic.
4)
Selidiki anoreksia, mual dan
muntah, dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuensi, volume konsistensi feses.
5)
Dorong dan berikan periode
istirahat sering.
6)
Berikan perawatan mulut sebelum
dan sesudah tindakan pernafasan.
7)
Dorong makan sedikit dan sering
dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
8)
Dorong orang terdekat untuk
membawa makanan untuk pasien kecuali kontra indikasi.
Kolaborasi :
1)
Rujuk ke ahli diet untuk
menentukan komposisi diet.
2)
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh : BUN (Blood Urea Nitrogen) protein serum dan albumin.
e.
Diagnosa Keperawatan V
Mandiri :
1)
Kaji kemampuan pasien untuk
belajar, contoh : tingkat takut, masalah kelemahan, tingkat partisipasi,
lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media
terbalik, siapa yang terlibat.
2)
Identifikasi gejala yang harus
dilaporkan keperawat, contoh : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan
bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
3)
Berikan instruksi dan informasi
tertulis khusus pada pasien untuk rujuk, contoh : jadwal obat.
4)
Jelaskan dosis obat, frekuensi
pemberian, kerja yang diharapkan, dan alas an pengobatan lama. Kaji potensial interaksi dengan obat /
substansi lain.
5)
Kaji potensial efek samping
pengobatan (contoh : mulut kerung, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit
kepala, hipertensi ortestatik) dan pemecahan masalah.
6)
Dorong pasien / orang terdekat
untuk menyatakan takut / masalah. Jawab
pertanyaan secara nyata. Catat lamanya
penggunaan penyangkalan.
7)
Dorong untuk tidak merokok.
8)
Kaji bagaimana TB ditularkan
(misalnya : khususnya dengan inhalasi organisme udara tetapi dapat pula
menyebar melalui feses atau urine bila terinfeksi ada pada system ini) dan
bahaya reaktivasi.
- Evaluasi
Menurut doengoes (2000 : 242) evaluasi dari tindakan keperawatan
pada pasien tuberculosis paru yaitu :
a.
Diagnosa Keperawatan I
1)
Mengidentifikasi intervensi
untuk mencegah / menurunkan resiko
penyebaran infeksi.
2)
Menunjukkan teknik / melakukan
perubahan pola hidup meningkatkan lingkungan yang aman.
b.
Diagnosa Keperawatan II
1)
Mempertahankan jalan nafas
pasien.
2)
Mengeluarkan sekret tanpa
bantuan.
3) Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan
jalan nafas.
c.
Diagnosa Keperawatan III
1)
Melaporkan tidak adanya /
penurunan dispneu.
2)
Menunjukkan perbaikan ventilasi
dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA (Gas Darah Arteri) dalam rentang
mormal.
3) Bebas dari gejala distress pernafasan.
d.
Diagnosa Keperawatan IV
1)
Menunjukkan berat badan
meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda
malnutrisi.
2) Melakukan prilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat yang tetap.
e.
Diagnosa Keperawatan V
1)
Menyatakan pemahaman proses
penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan.
2)
Melakukan prilaku / perubahan
pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dam menurunkan resiko pengaktifan
ulang TB.
Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan
kesehatan yang adekuat.Daftar Pustaka.
Carpenito, Lynda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: FKUI
1999.
Ovedaff, D. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ke-3. Jakarta: Media
Aesculapius 1999.
Pusat Studi Tuberkullosis. Tuberkullosis Tinjauan Multi Disiplin. Banjarmasin:
Pusat Studi Tuberkullosis Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat / RSUD Ulin Banjarmasin.
Persatuan
Ahli Penyakit Dalam
Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi K e- 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI 1996.
Syaifuddin. B. Ac. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 1994.
terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat
BalasHapus