1.
Pengertian.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
terdapat penumpukan cairan dalam rongga pleura, selain cairan dapat juga
terjadi penumpukan pus / darah.
Efusi pleura / area pleura adalah area potensial antara pleura viseralis dan parenteral yang membatasi paru dan dinding dada anterior arteri ini, secara normal sedikit cairan, kelebihan cairan dapat terkumpul
pada proses penyakit neoplastik, tromboe imbolik, kardiovaskuler dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya 1 dari 4 mekanisme dasar yaitu:
b)
Peningkatan tekanan osmotik
koloid darah.
c)
Peningkatan tekanan negatif
intrapleural.
d)
Adanya inflamasi atau
neoplastik pleura.
2.
Etiologi.
Efusi pleura berdasarkan cairan yang terbentuk,
cairan pleura dibagi menjadi :
a)
Transudat, dapat disebabkan
oleh :
♦
Kegagalan jantung kongestif.
♦
Sndroma nefrotik.
♦
Asites.
♦
Sindroma vena cava superior.
♦
Tomur.
b)
Eksudat, dapat disebabkan oleh
:
♦
Injeksi ( TB, pneumonia, dsb ).
♦
Tomur.
♦
Infark paru.
♦
Radiasi.
♦
Penyakit kolagen.
c)
Efusi hemorragic, disebabkan
oleh :
♦
Tomur.
♦
Trauma.
♦
Infark paru.
♦
Tubercullosis.
Berdasarkan lokalisasi cairan yang
terbentuk efusi pleura dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi pleura
yang unilateral tidak mempunyai corak yang spesifik dengan penyakit penyebabnya
akan tetapi efusi pleura yang bilateral sering kali ditemukan pada
penyakit-penyakit dibawah ini :
♦
Kegagalan jantung kongestif,
sindroma nefrotik.
♦
Asites.
♦
Infark paru.
♦
Lupus iretematosis sistemik.
♦
Tomur.
♦
Tubercullosis.
3.
Patofisiologi.
Pada orang normal cairan dirongga pleura
sebanyak 1 – 20 me, jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi
oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura
viseralis 10 cm H2O.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi
apabila :
1)
Tekanan osmotik koloid menurun
dalam darah, misalnya pada hipo albuminemia.
2)
Terjadi peningkatan :
♦
Permeabilitas kapiler (
peradangan neoplasma ).
♦
Tekanan hidrostatis di pembuluh
darah jantung / vena pulmonalis (
kegagalan jantung kiri ).
♦
Tekanan negatif intra pleura
atelektasis.
4.
Tanda dan Gejala.
Untuk mengetahui penderita efusi pleura
dapat diketahui dengan pemeriksaan subjektif yang meliputi tanda dan gejala :
1)
Nafas pendek.
2)
Nyeri dada pleuritik tergantung
pada jumlah cairan yang terkumpul.
Pada pemeriksaan objektif meliputi :
1)
Tahipneu.
2)
Hipoksemia bila ventilasi
terganggu.
3)
Penurunan bunyi nafas di area
yang sakit.
5.
Pemeriksaan Penunjang.
Dapat ditegakkan dengan anamnesis yang
baik meliputi :
1)
Pemeriksaan fisik yaitu
pernafasan.
2)
Pemeriksaan radiologi.
3)
Pemeriksaan laboratorium atas
cairan torako sentesis.
Pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :
1)
Pemeriksaan sitologi.
2)
Pemeriksaan histologi.
3)
Jika fasilitas memungkinkan
dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti :
♦
Bronkoskopi pada kasus-kasus
neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru.
♦
Scanning isotop pada kasus
emboli paru.
♦
Terakoskopi pada kasus dengan
neoplasma / tuberkullosis.
6.
Penatalaksanaan Medis.
Tujuannya adalah :
1)
Menilai penyakit secara
menyeluruh dan memberi penyuluhan kesehatan pada pasien dan keluarga.
2)
Mencegah kambuh kembali.
3)
Menghilangkan gejala.
Jenis obat yang dipakai adalah :
Rifampicin
1x450 mg, Aminophilin, INH 1x400 mg, Etambutol 2x500 mg dan DZA 2x500 mg.
Penunjang :
Paduan
obat, dosis, keteraturan obat, efek samping yang rendah dan pemakaian obat.
7.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
1)
Ketidak efektifan pola nafas /
pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura.
♦
Intervensi :
a)
Kaji frekuensi, kedalaman, dan
kualitas pernafasan.
b)
Auskultasi dada setiap 2 jam
sampai 4 jam.
c)
Perhatikan tirah baring; bantu
pasien untuk posisi yang nyaman.
d)
Pantau tanda-tanda vital setiap
4 jam.
e)
Ajarkan pasien untuk nafas
dalam dan batuk efektif.
f)
Babat dada ketika batuk.
g)
Kolaborasi; beri obat SOD dan
monitor spirometer intensif.
2)
Perubahan kenyamanan ( nyeri
dada ) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
♦
Intervensi :
a)
Kaji status nyeri pasien.
b)
Ajarkan pasien tehnik relaksasi
dan distraksi.
c)
Beri pasien posisi yang nyaman.
d)
Dorong pasien untuk
mengekspresikan nyeri yang dialami pasien.
3)
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktifitas sehari-hari.
♦
Intervensi :
a)
Kaji respon individu terhadap
aktifitas.
b)
Meningkatkan aktifitas secara
bertahap.
c)
Ajarkan pasien metode
penghematan energi untuk aktifitas.
d)
Instruksikan keluarga agar
membantu pasien dalam beraktifitas.
4)
Resiko terhadap perubahan
nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia sekunder
terhadap tekanan pada struktur abdomen.
♦
Intervensi :
a)
Kaji penyebab anoreksia.
b)
Timbang BB setiap hari dan
pantau hasil laboratorium.
c)
Jelaskan pentingnya nutrisi
yang kuat.
d)
Pertahankan kebersihan mulut
pasien.
e)
Tawarkan pasien untuk makanan
porsi kecil tapi sering.
8.
Daftar Pustaka.
Alsagaff, Prood. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya; Airlangga University Press.
Black, M. Joyce. 1993. Medical-Surgical Nursing, Fifth Edition.
Philadelphia; W.B. Samders Company.
Carpenito, Linda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
ke-6 Jakarta; EGC.
Soeparman. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta; Balai Penerbit UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar