Sabtu, 21 Juli 2012

Asuhan Keperawatan Morbili


A.      TINJAUAN TEORITIS MORBILI
I.      PENGERTIAN
Penyakit infeksi virus akut menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu :
a. Stadium Kataral
b. Stadium Erupsi, dan
c. Stadium Konvalesensi        

II.  ETIOLOGI
Penyebab adalah morbilivirus (golongan paraanyxovirus) yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan dengan droplet dan kontak.
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
 
III. PATOFISIOLOGI

Droplet Infection (virus masuk)

Berkembang biak dalam RES

Keluar dari RES keluar sirkulasi’

Pirogen :
-          pengaruhi termostat dalam hipotalamus
Titik setel termostat meningkat

Suhu tubuh meningkat
-          pengaruhi nervus vagus ® pusat
muntah di medula oblongata.
-          muntah
-          anorexia
-          malaise

           
Mengendap pada organ-organ yang
secara embriologis berasal dari ektoderm seperti pada :

-          Mukosa mulut
infiltrasi sel-sel radang mononuklear pada kelenjar sub mukosa mulut

Koplik`s spot
-          Kulit
Ploriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam korium
Terjadi eksudasi serum dan kadang-kadang eritrsit dalam epidermis
Rash/ ruam kulit
Konjunctiva
terjadi reaksi peradangan umum

 Konjuctivitis

Fotofobia
-          mukosa nasofaring dan broncus

infiltrasi sel-sel sub epitel dan sel raksasa berinti banyak


Reaksi peradangan secara umum

Pembentukan eksudat serosa disertai proliferasi sel monokuler dan sejumlah kecil pori morfonuklear

Coriza/ pilek, cough/ batuk

Sal. Cerna

Hiperplasi jaringan limfoid terutama pada usus buntu ® mukosa usus teriritasi ® kecepatan sekresi bertambah ® pergerakan usus meningkat ® diare

IV.    MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
a.    Demam 3 – 5 hari (biasanya tinggi, mendadak) batuk, pilek, harus dicurigai morbili.
b.   Mata merah, tahi mata, fotophobia
c.    Dapat di sertai diare dan muntah
d.   Dapat di sertai gejala pendarahan (pada kasus berat)
Anak resiko tinggi, bila kontak dengan penderita morbili 1 – 2 minggu sebelumnya dan belum imunisasi campak.
Masa tunas : 10 – 20 hari.
Penyakit ini di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
1.   Stadium Kataralis (Prodromal)
     Biasanya stadium ini berlangsung selama 4 - 5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fotophobia (silau), konjungtivitis dan korita (katar hidung).
     Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam timbul enantema (ruam pada selaput lendir). Timbul bercak-bercak komplik yang fotognomonik bagi morbili tetapi jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Lokalisasinya dimukosa tengah/palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limpositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering di diagnosa sebagai influenza. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak koplik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 minggu berakhir.
2.   Stadium Erupsi
     Koriza dan batuk-batuk bertambah, timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum molle. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu tubuh. Diantaranya makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula makula timbul di belakang telinga di bagian atas lateral tungkuk sepanjang rambut dan bagian belakang.
     Dalam 2 hari bercak-bercak menjalar kemuka lengan atas dan bagian dada, punggung, perut, tungkai bawah. Kadang-kadang terdapat pendarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.
     Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibola dan di daerah leher belakang. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula di sertai diare dan muntah.
     Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan tractus digestivus.
3.   Stadium Konvalensi
     Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognemik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali ada komplikasi.
     Penyakit morbili dapat dikelirukan dengan penyakit lain yang menyurupainya yaitu yang disebut “german measles”. Bedanya pada penyakit german measles tidak dapat bercak koplik tetapi ada pembesaran kelenjar suboksipital, servikal bagian posterior belakang telinga. Ruam akan tim timbul jika suhu tubuh telah menjadi normal.

V. KOMPLIKASI
Segera :
-                  Trakheobronkhitis
-                  Laringobronkhitis
-                  Otitis Media (paling sering), mastoiditis
-                  Bronkopnemunia
-                  Aktivasi TBC laten
-                Black measles keadaan campak yang berat :demam tinggi, delirium, penekanan fungsi pernapasan dan erupsi hemoragik yang luas.
-                  Lain-lain (jarang : miokarditis, ensefalitis,dll).
Lambat :
-                 Penurunan daya tahan tubuh
-                SSPE (sub acute saclerosing pan encephalitis), dapat timbul bertahun-tahun kemudian (rata-rata 7 tahun setelah infeksi).
               
VI.    PROGNOSIS
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. 

B.        TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
Anamnesa
1.      Identitas
Nama,umur, jenis kelamin.
2.      Keluhan utama
Panas
Demam ringan yang kemudian meningkat mencapai 39-40,6°C pada hari ke-5 sampai ke-6
3.      Riwayat penyakit sekarang
4.      Riwayat penyakit dahulu
5.      Riwayat kehamilan dan persalinan
6.      Riwayat nutrisi
7.      Riwayat imunisasi
8.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
9.      Kebutuhan aktivitas sehari-hari

B.     PRIORITAS MASALAH
1. Kebutuhan nutrisi
2.      Suhu tubuh
3.      Pernapasan
4.      Integritas kulit
5.      Aktivitas
6.      Pengetahuan
7.      Resiko komplikasi
8.      Penyebaran infeksi

C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme viruler
2.      Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya batuk
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
5.      Intoleransi aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dini kelompok sebaya
6.      gangguan suhu tubuh (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan proses infeksi
7.      gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun
8.      Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
9.  Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit dan komplikasinya.

D.    INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA I
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tempatkan anak pada rauang khusus
2.      Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak
3.      Pertahankan istirahat selama periode pedromal
4.      Berikan antibiotik sesuai order
1.      Menghindari resiko penyebaran infeksi
2.      Menghindari resiko penyebaran infeksi
3.      Mengurangi dan menghindari penyebaran infeksi
4.      Mengurangi resiko penyebaran infeksi

DIAGNOSA II

1.      Kaji status pernapasan (irama, kedalaman, suara napas, penggunaan otot bantu pernapasan, bernapas melalui mulut).
2.      Kaji TTV
3.      Berikan posisi semi fowler / fowler
4.      Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
5.      Anjurkan anak untuk banyak minum
6.      Berikan O2 sesuai indikasi
7.      Berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan napas.
1.      Mempengaruhi status kesehatan umum


2.      Mengetahui status kesehatan umum
3.      Memudahkan klien untuk bernapas
4.      Membantu klien beraktivitas

5.      Mengurangi batuk
6.      Memudahkan pernapasan
7.      Mengurangi batuk sehingga memudahkan pernapasan.
DIAGNOSA III
1.      Pertahankan kuku anak tetap pendek, jelaskan anak untuk tidak menggaruk rash
2.      Berikan obat antihistamin sesuai order dan monitor efek sampingnya.
3.      Berikan obat antihistamin sesuai order
4.      memandikan klien dengan menggunakan sabun yang lembut
5.      Bersihkan bulumata dengan air hangat.
1.      Menghindari kerusakan integritas kulit

2.      Mengurangi rasa gatal

3.      Mencegah alergi
4.      Mencegah infeksi dan iritasi

5.      Mengangkat sekret/krusta
DIAGNOSA IV
1.      Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2.      Berikan makanan disertai suplemen nutrisi
3.      Kolaborasi pemberian nutrisi parentral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan giji anak.
4.      Nilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (BB, lingkar lengan, membran mukosa)
5.      Anjurkan orangtua untuk memberikan makanan porsi kecil tapi sering
6.      Sajikan makanan yang menarik dan pertahankan kebersihan mulut anak.
1.      Mengkaji kemampuan makan anak
2.      Meningkatkan kualitas intake nutrisi
3.      Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

4.      Mengetahui tumbuh-kembang anak

5.      Mencegah mual muntah

6.      Meningkatkan nafsu makan
DIAGNOSA IV
1.      Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak
2.      Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
1.      Supaya anak tidak lelah dan tidak terjadi komplikasi lebih berat
2.      Supaya anak tidak merasa bosan berada di rumah sakit

DIAGNOSA VI
1.      Observasi TTV
2.      Berikan kompres hangat
3.      kolaborasi pemberian antibiotik dan anti peritik
4.      berikan obat sedative jika perlu
1.      Mengetahui keadaan umum anak
2.      Menurunkan suhu tubuh
3.      Menurunkan suhu tubuh
4.      Mencegah terjadinya kejang

DIAGNOSA VII
1.      Berikan bedak salisil 1 % jika anak gatal
2.      Berikan kompres hangat pada saat anak tidak tidur
3.      Memandikan anak dengan air hangat jika suhu badan anak sudah turun

1.      Mengurangi rasa gatal
2.      Supaya tidak terbangun kerena dingin
3.      Mengurangi rasa gatal
DIAGNOSA VIII
1.      Ubah sikap baring anak beberapa kali sehari
2.      Berikan bantal untuk meninggikan kepalanya
3.      jangan membaringkan anak didepan jendela atau membawa keruangan selama masih demam
1.      Mencegah timbul iritasi
2.      Untuk mencegah sesak dan memudahkan pernapasan
3.      Menghindari anak terkena angin kerena batuk akan lebih parah.

DIAGNOSA IX
1.      Berikan Pen-Kes tentang imunisasi campak
2.      Berikan penyuluhan tentang pentingnya gizi yang baik bagi anak.
1.      Mencegah terjadinya penyakit campak
2.      Agar anak tidak mudah mendapat infeksi atau timbulnya komplikasi yang berat



DAFTAR PUSTAKA
  • Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs.  1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia
  • Carpenito, Lynda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa : Yasmin Asih, Editor : Tim Editor EGC Edisi 26. Jakarta: EGC
  • De Jong. W, Sjamsuhidajat. R.. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: EGC 
  • Doengoes Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
  • Gale, Danielle & Charette, Jane.  2000.  Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.  EGC.  Jakarta
  • Long, Barbara C.  1996.   Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung
  • Muchlis Ramli dkk, 2000. Deteksi  Dini Kanker, FKUI, Jakarta 
  • Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar