Rabu, 01 Agustus 2012

Asuhan Keperawatan Otitis media superatif kronika (OMSK)


TINJAUAN TEORTIS MEDIS

1.             Pengertian

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel smatoid. Otitis media terbagi menjadi 2 yaitu :

1.      Otitis media superatif
a.       Otitis media superatif akut
b.      Otitis media superatif kronis
2.      Otitis media non superatif
a.       Otitis media serosa akut (basotrauma : eerotitis)
b.      Otitis media serosa kronis (glue ear)
(Soepardi, Arsyad, 1998)

Otitis media superatif kronika (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepadi, Arsyad, E., 1998)

2.             Klasifikasi

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1.      OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.
2.      OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada margina atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.

3.             Etiologi

Faktor penyebab penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain :
1.        Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a.         Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
Patogen tersering yang diisolasi dari telinga pasien dengan OMSK adalah P. aeruginosa dan S. aureus. Bakteri anaerob juga sering ditemukan dalam penelitian. Jamur biasanya jarang muncul kecuali bila terdapat super infeksi pada liang telinga. (Buchman,2003).
b.         Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total
2.        Perforasi membran timpani yang menetap
3.        Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4.        Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi (timpano-sklerosis).
5.        Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6.        Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

4.             Patofisiologi

O M S K
                                              Maligna                                                                         Benigna

     Degeneratif                                                                            Metaplastik

-          Terdapat perforasi pada marginal/atik.             - Terlihat kolesteatom pada telinga
-          Granulasi di liang telinga luar yang                       tengah (di epitimpanum).
-          berasal dari dalam telinga tengah.                     -  Sekret berbentuk nanah dan   
-          Polip                                                                  -  Berbau khas (aroma kolesteatiom)
 

  Otore = pus pada MAE (kental/busuk)
Gangguan berkomunikasi                                                                            Cemas
  Pendengaran menurun

Perubahan persepsi / sensori

5.             Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala OMSK yaitu :
-          Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak di pers flaksida pada membran timpany.
-          Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga)
-          Polip atau jaringan granulasi di MAE yang berasal dari dalam telinga tengah.
-          Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas.
(Soepadi, Arsyad E, 1998)

6.             Data Penunjang

-            Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid
-            CT Scan : Diskontinuitas osikula
-            Uji Fistula positif
-            Darah Lengkap: terjadi peningkatan jumlah leukosit

7.             Penatalaksanaan Medis

a.        Terapi OMSK
Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1.         Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
2.         Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3.         Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4.         Gizi dan higiene yang kurang.

b.        Tindakan Pembedahan
a.         Mastoidektomi sederhana
Operasi dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b.         Mastordektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke intrakranial.
c.         Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d.        Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I, rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
5.         Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
(Soepardi, Arsyad, 1997  55-57)

8.             Komplikasi

Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut:
A.      Komplikasi di telinga tengah
1.         Perforasi persisten
2.         Erosi tulang pendengaran
3.         Paralisis nervus fasial
B.       Komplikasi di telinga dalam
1.         Fistel labirin
2.         Labirinitis supuratif
3.         Tuli saraf
C.       Komplikasi di ekstrasdural
1.         Abses ekstradural
2.         Trombosis sinus lateralis
3.         Petrositis
D.      Komplikasi ke susunan saraf pusat
1.         Meningitis
2.         Abses otak
3.         Hidrosefalus otitis


TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

1.             Fokus Pengkajian

Anamnesa :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya.
Pemeriksaan Fisik :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Riwayat Kesehatan :
-       OMA lebih dari 2 bulan
-       Pengobatan OMA yang tidak tuntas
Data Subjektif :
-       Telinga terasa penuh
-       Nyeri pada telinga yang sakit
-       Vertigo
Data Objektif :
-       Terdapat abses atau kite retroaurikuler
-       Terdapat polip
-       Terlihat Kolesteatoma pada epitimpano
-       Ottorhoe
-       Sekret terbentuk nanah dan berbau

2.             Diagnosa Keperawatan

A.    Pre Operasi
1.  Resiko terjadi injuri/trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin: vertigo.
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :
- Mengurangi/menghilangkan vertigo / pusing
- Mengembalikan keseimbangan tubuh
- Mengurangi terjadinya trauma
Intervensi :
a.         Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
b.         Observasi tanda vital
c.         Beri lingkungan yang aman dan nyaman
d.        Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
e.         Penuhi kebutuhan pasien
f.          Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian
g.         Kolaborasi pemberian analgetik

2.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalak-sanaan OMA yang tepat.
Tujuan: Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat
Intervensi:
a.         Kaji tingkat pengetahuan pasien
b.         Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien
c.         Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk mem-berikan gambaran pada pasien tentang keberhasilan
d.        Beri upaya penguatan pada pasien
e.         Gunakan bahasa yang mudah dipahami
f.          Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya
g.         Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien
h.         Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien
i.           Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan prosedur
j.           Beri pujian atau reinforcement positif pada klien

3.  Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang
Intervensi :
a.         Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan
b.         Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan pembedahan
c.         Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien
d.        Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien

B.     Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
Intervensi :

a.         Kaji tingkat nyeri pasien
b.         Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c.         Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri
d.        Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring
e.         Beri posisi yang nyaman
f.          Kolaborasi pemberian analgetik

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a.         Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
b.         Observasi pasien
c.         Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi
d.        Kaji keadaan daerah poerasi
e.         Ganti tampon setiap hari
f.          Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid
g.         Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu
h.         Anjurkan pasien untuk kontrol
i.           Kolaborasi pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA

Adam S, George, L., 1994, ..—– Buku Ajar THT, EGC, Jakarta.

Arhs, H. A. 2001. Intratemporal and Intracranial Complications of Otitis Media In; Head and Neck Otolaringology Volume 2..3 th Ed.Bailey,B.J.et al (Eds).New York::Lippincott Willims and Wilkins Pp:1760-2

Buchman, C. A. et al. 2003. Infection of The Ear.In:Essencial Otolaryngology Head and Head Surgery .8th Ed.Lee,K.J (Eds) New York:Mc-Graw Hill Pp:484-6

Mills, R. P. 1997. Management of Chronic Suppurative Ototis Media. In:scott-browns Otolaryngology.6th Ed.Booth,J.B(Eds). Oxford:Butterworth-Heinemann.Pp:3/10/1-8

Gody, D. Thone, R., 1991, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, EGC, Jakarta.

Soepardi, Arsyad, E., 1998, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorokan, FKUI, Jakarta.

Tucker, Martin, S., 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, EGC, Jakarta..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar